Cek Fakta: Jokowi klaim impor beras tidak sampai 5% dari total kebutuhan nasional. Benarkah?

Berita

“Tetapi juga masih kurang. Oleh sebab itu, sebagian kecil, berapa persen Pak Dirut? Enggak ada 5%, kita harus impor.” Presiden Joko “Jokowi” Widodo mengatakan hal ini saat memberikan bantuan pangan beras 10 kilogram di Kompleks Pergudangan Laende, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, Senin 13 Mei 2024.

Menurut Jokowi, Indonesia masih harus mengimpor beras untuk mencukupi kebutuhan nasional, karena penduduk Indonesia mencapai 280 juta jiwa. Namun, ia meyakinkan bahwa kuota impor sangat kecil, sekitar 5% saja dari kebutuhan nasional atau sebesar 3,6 juta ton.

The Conversation Indonesia menghubungi Riska Ayu Purnamasari, peneliti bidang pertanian dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), untuk memeriksa kebenaran klaim Jokowi tersebut.

Pernyataan Jokowi benar

Jika kebutuhan nasional konsumsi beras tidak berbeda dari tahun 2023, maka kebutuhan kita akan beras tahun 2024 kurang lebih sebanyak 30.9 juta ton. Hal ini berdasarkan Prognosa Neraca Pangan Badan Pangan Nasional Tahun 2023.

Badan Pangan Nasional (Bapanas) bahkan memperkirakan produksi beras nasional sepanjang tahun tersebut sebanyak 31,93 juta ton. Dengan kuota impor hanya sebanyak 433 ribu ton.

Berdasarkan angka stok awal tahun, produksi beras, impor beras, dan kebutuhan beras setahun yang sebanyak 31,21 juta ton, Indonesia diperkirakan akan surplus beras 6,3 juta ton. Namun kenyataannya, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2023, Indonesia masih mengimpor beras sebanyak tiga juta ton.

Adapun di tahun 2024, pemerintah berencana untuk mengimpor beras sebanyak 3,6 juta ton. Jumlah impor ini diklaim tidak sampai 5% kebutuhan beras nasional. Perhitungan ini benar adanya karena 5% dari kebutuhan beras nasional adalah sekitar 1,5 juta ton. BPS mencatat bahwa impor beras nasional telah mencapai 880.820 ton pada Januari-Februari 2024. Padahal, pada 1 Mei 2024, BPS merilis bahwa beras mengalami deflasi sebesar 2,72% secara bulanan pada April 2024.

Setelah inflasi selama delapan bulan berturut-turut, Agustus 2023-Maret 2024, komoditas pangan pokok tersebut baru mengalami deflasi. Deflasi yang mencerminkan penurunan harga itu terjadi lantaran panen raya padi semakin meluas. Produksi beras pun terus meningkat dari 3,38 juta ton pada Maret 2024 menjadi 5,52 juta ton pada April 2024.

Harapannya, produksi beras terus bertambah sehingga kita tidak perlu melakukan impor beras lagi dari negara lain.

Artikel ini merupakan hasil kolaborasi program Panel Ahli Cek Fakta The Conversation Indonesia bersama Kompas.com dan Tempo.co, didukung oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI).

Nurul Fitri Ramadhani, Politics + Society Editor, The Conversation

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.

SUMBER : ZONAUTARA.com dan https://cekfakta.com/focus/20351
Exit mobile version