banner 728x250

Tiga Surat Utang Yang Dikeluarkan Bank Indonesia Gagal Atasi Keterpurukan Ekonomi

banner 120x600

Jakarta — Kurs rupiah terhadap dollar AS kian melemah diangka 16.465 per dollar per hari ini. Bossman Mardigu dalam sebuah konten YouTube miliknya berjudul “Ekonomi 100 Hari Terakhir Babak Belur, Kinerja Amburadul Akhir Jabatan”.

Dalam kontennya tersebut dijelaskan secara gamblang kondisi ekonomi moneter dan fiskal Indonesia di tahun 2024 ini. Baru-baru ini Bank Indonesia harus mengorbankan diri menyimpang dari tugas pokok sebagai Bank sentral.

Bank sentral Indonesia difungsikan sebagai mesin baru pencetak utang luar negeri melalui penerbitan surat utang atau obligasi Bank Indonesia. Tidak tanggung-tanggung, tercatat tiga jenis surat hutang sekaligus SRBI (Sertifikat Rupiah Bank Indonesia) lalu SVBI ( Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia) dan SUVBI (Sukuk Valotas Asing Bank Indonesia).

Harapan Bank Indonesia Bank Indonesia menerbitkan tiga surat utang tersebut dapat diharapkan dapat menarik investor asing untuk memperkuat rupiah. Namun ternyata gagal.

Disisi lain cadangan devisa Indonesia di mana selama periode Januari-April 2024 sudah terkuras 10,2 miliar dolar dari 146 miliar dolar, yang terakhir pada 2023 tersebut sekarang menjadi 136 miliar per April 2004 ini sebagian masyarakat yang sadar sudah sangat resah karena kenaikan kurs dollar akan berdampak buruk bagi fiskal dan daya beli masyarakat.

Beban bunga dan utang pemerintah subsidi yang berhubungan dengan mata uang dolar seperti BBM elpiji listrik pupuk juga akan membengkak, harga bahan pokok asal import daging juga sangat memprihatinkan penerimaan pajak yaitu pajak bea dan cukai turun 8% selama 4 bulan terakhir dibandingkan periode yang sama tahun 2023.

Padahal menurut APBN 2024 penerimaan pajak dianggarkan naik 7% artinya bagaimana negara dari perpajakan pisang melebar menjadi 15-20% pertama hanya 720 triliun atau turun 62,76 triliun dibandingkan tahun 2023 yang mencapai 782 triliun.D

iperkirakan tren penurunan penerimaan tanjakan berlanjut sehingga bisa memicu krisis fiskal rasio panjang akan turun diperkirakan hanya maksimal 9,5% dari PDB rakyat kemudian dibebani kenaikan pajak pertambahan nilai PPN dan kenaikan harga BBM bahkan sangat menyakitkan hati rakyat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *