Bengkulu, Realitpost.com — Berdasarkan pemaparan Kepala Bank Indonesia Perwakilan Bengkulu, Wahyu Yuwana Hidayat, dalam Serasehan Perekonomian Bengkulu Laporan Perekonomian Bengkulu Edisi Mei Triwulan I Tahun 2025, yang dihadiri Gubernur yang diwakili Asisten III, RA. Denny, Kakanwil DJPB Bengkulu, Kepala BPS Provinsi Bengkulu, pihak perbankan, serta kepala OPD Dijajaran Pemprov Bengkulu, dislah satu hotel ternama Bengkulu.
Dijelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Bengkulu tumbuh 4,84 persen dari triwulan yang sama tahun 2024 silam. Bahkan menurut Wahyu, secara umum, proyeksi pertumbuhan masih positif, dengan angka berkisar antara 4,2 hingga 5,0 persen.
“Untuk pertumbuhan ekonomi di TW2, kita masih optimis pastinya tumbuh positif. Tapi memang kalau dilihat dari beberapa indikator, mungkin akan sedikit melambat dibandingkan TW1,” ungkap Wahyu, Rabu, 18 Juni 2025.
Menurut dia, kondisi perlambatan disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pelemahan dari sisi pengeluaran rumah tangga dan tekanan terhadap ekspor.“Ekspor kita memang sedikit tertekan, terutama terkait dengan Pulau Baai. Namun angka 4,2 hingga 5,0 persen itu masih tergolong cukup tinggi. Dan pertumbuhan 4,8 persen pada TW1 menjadi modal kuat kita menghadapi 2025,” jelas Wahyu.
Pengaruh Geopolitik Global
Disisi lain, situasi geopolitik global yang memanas belakangan ini, seperti konflik Iran-Israel serta kebijakan tarif baru dari Amerika Serikat di bawah Donald Trump, Wahyu menyatakan bahwa situasi tersebut memiliki potensi mempengaruhi perekonomian daerah, terutama dari sisi inflasi dan biaya produksi.
“Perkembangan geopolitik seperti perang Iran-Israel dan tarif dagang Trump bisa berdampak cukup besar. Iran itu eksportir minyak besar, dan sekitar 30% pergerakan minyak dunia lewat Selat Hormuz. Kalau eskalasi makin tinggi, harga minyak bisa melonjak dan ini akan berimbas pada inflasi serta biaya produksi sektor usaha,” ujar Wahyu.
Ia menekankan bahwa saat ini BI Bengkulu mengambil sikap “wait and see”, sembari terus memantau perkembangan global dan dampaknya terhadap ekonomi regional. Kenaikan suku bunga nasional dan harga komoditas global seperti BBM dan emas juga menjadi perhatian serius. Wahyu menyebutkan bahwa daerah tetap akan merasakan imbas, khususnya terhadap daya beli masyarakat dan biaya operasional sektor usaha.
“Beberapa harga komoditas seperti BBM, meskipun yang subsidi ditahan pemerintah, tetap bisa memicu efek domino pada harga barang lain. Termasuk emas yang menjadi ‘safe haven’ saat terjadi ketidakpastian global, ini juga punya dampak terhadap inflasi,” jelasnya.
Sementara itu, mewakili Gubernur Bengkulu, Asisten III Sekprov Bengkulu RA Deny, mengatakan pertumbuhan ekonomi Bengkulu pada Triwulan I tahun ini dirasa cukup baik untuk memulai tahun 2025, yang mana ekonomi kita tumbuh sama dengan ekonomi nasional.”Kita juga patut bersyukur produksi pertanian dan peternakan cukup baik pada triwulan I tahun 2025, sehingga menopang pendapatan masyarakat disamping Bansos dan inflasi tetap terjaga, ekonomi Bengkulu dapat berjalan dengan baik,” ujarnya.
Atas capaian tersebut, Pemprov Bengkulu juga mengapresiasi Bank Indonesia Perwakilan Bengkulu dan TPID Provinsi Bengkulu yang terus berkomitmen untuk memperkuat efektivitas untuk menjaga inflasi tahun 2025 dan 2026 agar terkendali dalam sasaran 2,5 persen plus minus 1 persen, dengan tetap ikut mendorong pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu.”Kita saat ini membutuhkan sumber biaya baru, selain APBN dan APBD,” ujar Deny.(Damar)