JAKARTA — Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diikuti dengan keluarnya investor asing dari pasar keuangan domestik.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,12% di angka Rp16.465/US$ pada hari ini, Senin (24/6/2024). Tidak sampai tiga menit sejak perdagangan dibuka, rupiah menyentuh level Rp16.470/US$ dan semakin mendekati level Rp16.500/US$.
Sementara DXY pada pukul 14:59 WIB naik ke angka 105,85 atau sebesar 0,05%. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan penutupan kemarin yang berada di angka 105,8.
Pekan lalu tepatnya pada data transaksi 19-20 Juni 2024, BI mencatat bahwa investor asing tercatat jual neto Rp0,78 triliun terdiri dari jual neto Rp1,42 triliun di pasar saham, beli neto Rp0,45 triliun di SBN dan beli neto Rp0,19 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen s.d. 20 Jun 2024, investor asing tercatat jual neto Rp 42,10 triliun di pasar SBN, jual neto Rp 9,35 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp 117,77 triliun di SRBI.
Catatan keluarnya investor asing ini mematahkan tren net foreign inflow selama enam pekan beruntun yang telah terjadi sejak pekan pertama Mei 2024.
Keluarnya dana asing ini memberikan tekanan bagi rupiah yang hingga saat ini tak kunjung mereda.
Lebih lanjut, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga menyampaikan bahwa tekanan terhadap rupiah beberapa hari terakhir sebetulnya disebabkan oleh faktor global, seperti kuatnya perekonomian AS yang menyebabkan bank sentralnya diduga banyak pelaku pasar masih akan sulit menurunkan suku bunga acuan Fed Fund Rate. Selain itu, ada perbedaan arah suku bunga negara-negara maju karena bank sentral Eropa kini malah menurunkan suku bunga acuannya.
Sedangkan dari sisi domestik, terkhusus faktor-faktor fundamental perekonomian Indonesia, ia tegaskan tidak ada yang menjadi penyebab lemahnya pergerakan kurs rupiah.