RealitaPost.com, Bengkulu – Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah saat ini terus membangun pusat energi geothermal. Ini merupakan solusi dari pembangkit listrik tenaga air, bahkan perusahaan listrik
tenaga uap yang sering di kritisi oleh para aktivis lingkungan.
Tentunya kritik atau masukan itu ujar gubernur, sangat harus dihargai sebagai sosial kontrol soal keberadaan PLTU misalnya yang ada di daerah Kampung Melayu Kecamatan Selebar.
Untuk sementara diharapkan bermanfaat bagi Provinsi Bengkulu, selagi belum selesainya penganti yang kini sedang dibangun, yakni pemanfaatan energi geothermal.
Soal berdirinya PLTU itu, kembali dirinya akan jelaskan, kritikan dan masukan sangat dihargai. Hanya saja persoalannya, karena investasinya sudah besar sekali, ijinnya lengkap, maka Pemerintah Provinsi Bengkulu harus memenuhi kewajibannya, sesuai ketentuan yang berlaku.
Output dari PLTU itu keluar dengan
sempurna, begitu, prosesnya berjalan. Terus apa yang bisa kita lakukan? Tentunya kita harus mencarikan solusi yang lebih permanen untuk kepentingan
Provinsi Bengkulu ini. Solusi itu sudah beberpa tahun lalu sudah kita dapatkan enerai qeothermal.
Gubernur Rohidin tegaskan, kalau dirinya sangat mensuport, mendorong betul keberadaan energi geothermal. Provinsi
Bengkulu kaya untuk itu. Mangkanya desain untuk daerah Lebong, dengan operasi 20×25 Megawatts. Kini lagi terus
dibangun pembangkit listrik itu.
Energi Geothermal (Panas bumi) itu
memanfaatkan panas dari dalam bumi. Inti planet kita sangat panas. Estimasi saat ini adalah 5,500 celcius (9,932 F). Jadi tidak mengherankan jika tiga meter
teratas permukaan bumi, tetap konstan mendekati 10-16 Celcius (50-60 F) setiap tahun. Berkat berbagai macam proses geologi, pada beberapa tempat temperatur yang lebih tinggi dapat ditemukan.
Promo untuk para investor sudah
dilakukan. Sosialisasi di Kabupaten
Kepahiang untuk segera mengeksplore geotermal dilakukan, termasuk Kabupaten Rejang Lebong yang kandungan potensinya sampai ribuan.
Keuntungan tenaga panas bumi sebagai pembangkit listrik, hampir tidak menimpulkan polusi atau emisi gas rumah kaca. Tidak berisik dan dapat diandalkan. Pembangkit listik tenaga geothermal menghasilkan listrik sekitar
90%, dibandingkan 65-75 persen
pembangkit listrik berbahan bakar fosil seperti Batu Bara.
“Kalau sudah ada dua tiga titik baru
geothermal, yang namanya PLTA dan PLTU akan menjadi masa lalu. Jadi masa lalu. Dengan sendirinya akan kita tinggalkan. Tapi jangan pernah kita bermimpi, analoginya kita bermimpi makan semur daging. Tapi ternaknya saja belum ada. Yang di depan kita hanya ada sambal terasi. Ya.. Makan dulu
sambal terasi itu. Tapi jangan banyak-banyak nanti mencret”, jelas Gubernur Rohidin.
Begitu juga soal PLTU yang merupakan program strategis nasional itu. Tak mungkin Pemerintah Provinsi Bengkulu
membatalkan atau mencabut izin
program nasional itu. “Jadi sekali lagi saya katakan, yang bisa saya lakukan hanya mendorong dibangunnya geothermal. Provinsi Bengkulu ini potensial sekali untuk buat pembangkit yang ramah lingkungan. Ayo kita dorong.
Apapun, yang tidak tamah lingkunga nantinya akan tertinggal dengan sendirinya.(rl)