banner 728x250
Blog  

Arogansi Kekuasaan..? Walikota Pecat Kepala Puskesmas Beringin Raya

banner 120x600

Realitapost.com, Opini – Buruknya pelayanan kesehatan masyarakat terdengar santer dimana-mana, bahkan penolakan pasien berobat bukan terjadi kali pertama.  Dan ternyata dalam kasus Ada yang bilang dan menduga bahwa pemecatan kepala Puskesmas Beringin Raya untuk menutupi buruknya Pelayanan Kesehatan di Kota Bengkulu.  Peristiwa mencuatnya penolakan pasien berobat di Puskesmas Beringin Raya berdampak pada pemecatan Kepala Puskesmas, yang dilakukan oleh Wali Kota Bengkulu.


Sesuai PP 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS, sebelum dilakukan pemecatan seharusnya dilakukan pemeriksaan investigatif terlebih dahulu oleh Inspektorat, agar mendapat fakta yang objektif dan perlakuan adil.  Jangan seorang pemimpin asal pecat memecat saja bawahan atau pegawai yang sudah mengabdi untuk masyarakat.  Walaupun tujuannya baik, tindakan ini adalah tindakan yang tidak relevan, mengingat kepala Puskesmas tersebut bekerja tidak berdiri sendiri, melainkan ada batasan aturan yang harus dipatuhi.  

Bagaimana jika memang pasien tersebut ditolak lantaran pihak puskesmas tidak punya kapasitas untuk menerima pasien dengan alasan-alsan yang menguatkan? Pecat memecat seperti ini bisa melukai perasaan kepala puskesmas yang telah mengabdi untuk masyarakat yang mungkin sudah bertahun-tahun. Ini baru yang dirasakan oleh kepala puskesmas yang dipecat, bagaimana dengan pegawai puskesmas yang berada dibawah naungan kepala puskesmas tersebut? Bagaimana dampak  psikogis orang-orang yang berada dan bekerja di puskesmas tersebut, belum lagi keluarganya, belum lagi orang-orang yang punya hubungan dekat dengan keberadaan puskesmas tersebut?

Beban psikologis ini akan membebani kehidupan seluruh yang terlibat di puskesmas tersebut dalam waktu lama dan mungkin seumur hidupnya. Makanya jadi pemimpin selain harus tanggap cepat, juga harus bijaksana dalam mengambil keputusan.

Saya melihat kasus pemecatan terhadap Kepala Puskesmas Beringin Raya hanya berdasarkan kapasitas beliau karena memiliki kekuasaan, terlalu terburu-buru, kurang obyektif dan tidak adil.

Saya masih teringat dengan peristiwa tertahannya ijazah murid SMA, yang kemudian viral dan langsung menyudutkan pihak sekolah, tanpa mencari sebab-sebab utama mengapa ijazah tersebut bisa ditahan atau mungkin belum diambil.  Kasus ini ini penangananannya hampir sama, dimana wali kota tujuan baik, akan tetapi penyelesaiannya kurang elegan. Saya tidak tahu apakah gaya beliau memang seperti itu, atau kata pengamat itu semua ini dilakukan kental dengan nuansa politik. Saat ini saya melihat ada upaya dari partai pak Helmi akan menyelesaikan masalah ijazah ini di kabupaten-kabupaten seluruh Propinsi Bengkulu, dan saya sarankan agar dilakukan dengan cara yang ikhsan tanpa menyudutkan pihak-pihak lain semisal sekolah yang notabene sebagai lembaga yang pernah mendidik dan membimbing anak yang bersangkutan.
Berlangganan Iklan Disini
Pemecatan yang dilakukan oleh Wali Kota Bengkulu secara mendadak berpotensi melanggar ketentuan Peraturan ASN terutama menyangkut karir yang telah dicapai oleh seorang ASN, ketika menjatuhkan sanksi seharusnya seorang ASN tersebut sudah terbukti melakukan kesalahan.  Ini preseden buruk bagi keberadaan ASN yang belum tentu bersalah  tapi sudah diberhentikan. Saya berharap agar pemberhentian yang dilakukan bisa ditinjau ulang, dengan cara melihat fakta yang terjadi dan sekaligus secara obyektif membeikan penilaian apakah benar-benar telah terjadi pelanggaran.   

Kalau seorang pemimpin yang punya kapasitas pecat memecat, akan tetapi tidak obyektif, maka akan menimbulkan ketidakadilan, atau bisa saya bilang kedzoliman.  Kepala puskesmas mungkin punya istri/suami dan anak, punya staf dan bawahan, punya keluarga dan handaitulan, dan semua yang ada hubungan dengan beliau ini akan merasakan dampak dari pemecatan yang dirasa kurang adil.  Ya sudahlah tidak ada manusia yang sempurna, termasuk pejabat dan juga rakyat, akan lebih baik jika yang bersalah meminta maaf dan sekaligus memberi maaf agar dunia ini damai, tentram dan kata pak Wali Kota harus BAHAGIAH.

Bagaimana akan bahagia pak kalau di pecat dari jabatannya ? Saran saya yang sudah terlanjur ya sudahlah, yang kedepan diperbaiki bersama-sama, nunggu dunia ini jangan merasa the best sendiri, merasa smart sendiri, merasa suci sendiri, merasa benar sendiri, karena sifat yang demikian mengarah kepada sifat takabur alias sombong.

Oleh karena itu selama matahari masih terbit dari timur, jantung kita masih berdetak, urat nadi kita mengalirkan darah dan Allah masih memberikan kesempatan kepada kita, maka kita perbaiki kualitas hidup kita dan kita persembahkan baik kebaikan ummat manusia.
Wassalam..

Penulis: Rusmiadi S.Pt (Dewan Penasehat portalbengkulu.online)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *