banner 728x250

Kain Besurek Terancam Bekarek

banner 120x600


Salah satu karyawan Butik Atiq tengah membuat pola baju berbahan baku kain besurek

Industri
dan pengrajin kain besurek kini terancam “bekarek” alias punah.
Seiring berjalannya waktu bila tak ada upaya dan komitmen serius melestarikan
karya seni kain besurek oleh Pemerintah Daerah setempat melalui Dinas terkait
maka, bukan tidak ancaman warisan seni budaya kain besurekasli Bengkulu kian
nyata di depan mata kita nantinya.
 
Ada
sejumlah alasan yang cukup realistis menyikapi nasib kain besurek Bengkulu yak
tak sepopuler batik asal jawa dan daerah lainnya!. Padahal, dari sisi ciri khas
atau keunikan dan kualitas, kain besurek dengan batik lainnya jelas tidak
kalah. Namun, itu tidak cukup karena banyak masyarakat diluar Bengkulu termasuk
masyarakat lokal kurang meminatinya. Berbagai faktor dan kendala dihadapi
pengrajin dan pelaku usaha kain besurek Bengkulu sudah rasakan sampai saat ini
hingga nanti.

Pertama,
masih rendahnya rasa cinta masyarakat asal Bengkulu terhadap seni budaya batik
tulis kain besurek. Akibatnya, sejumlah pengrajin dan pelaku usaha batik tulis
kain besurek di kota Bengkulu mengalami penurun populasi karena peluang bisnis
menunjukkan trend tidak sehat. Hal itu kemudian membuat profesi sebagai
pengrajin batik tulis besurek kurang menjanjikan lagi.
 

Beberapa gerai sentra oleh-oleh Bengkulu Jalan
Sukarno Hatta Kelurahan Anggut Atas Kecamatan Ratu Samban Kota Bengkulu mulai membatasi jumlah batik tulis kain besurek karena sepi. Keberadaan pelaku usaha batik tulis kain besurek bisa dihitung.
Produksinya pun hingga kini tidak bisa melayani dalam jumlah banyak. Pasar batik tulis kain besurek terpaku pada wisatawan atau tamu dari
Dinas Instansi datang ke Bengkulu.
Pelaku usaha butik Atiq Opet
sekitar kawasan Jalan Sukarno Hatta termasuk terkanal di Bengkulu
karena sejak lama menjual produk batik tulis kain besurek dengan kualitas dan varian motif
terbatas sehingga tiap hari butiknya selalu ramai dipadati pengunjung. Sementara, beberapa toko serupa akhirnya memilih menjual produk kerajinan tangan lain dan tetap menjal batik tulis kain besurek.
 

Kini pengrajin batik tulis kain besurek yang menggeluti seni
membatik tergolong langka. Beberapa pelaku usaha yang masih
konsisten menjual produk batik tulsi kain besurek memberdayaan anak pelajar yang magang atau alumni SMK yang sebelumnya sempat menjadi peserta magang. 
 
Kedua,
derasnya produksi batik printing dipasaran dengan aneka macam motif, bahan
termasuk motif besurek menjadi predator yang mengancam kelangsungan industri
kecil UMKM di Bengkulu. Pelaku usaha ini harus terus bertahan dengan ciri
khasnya dengan produksi batik printing. Lantas
muncul
persoalan lainnya terkait, daya saing harga jual batik printing setiap
potongnya dibandingkan dengan batik tulis kain mofit besurek secara perlahan
meminggirkan perhatian masyarakat Bengkulu khususnya konsumen menengah kebawah.
Pelaku usaha secara hitungan bisnis jelas tidak mau
mengambil resiko besar dalam menjual produknya termasuk stok batik tulis kain
besurek yang sediakan. Pembatasan stok jadi cara menekan laju perputaran uang. Itu wajar terjadi, karena setiap hari
peminat batik tulis kain besurek cenderung labil dan modal yang harus
dikeluarkan setiap potong dengan kualitas terbaik cukup besar. Hadirnya batik
printing motif besurek ini kemudian menjadi alternatif bagi pedagang sentra
khas Bengkulu. Apalagi, batik printing motif kain besurek menawarkan banyak
pilihan warna, motif, dengan harga yang terjangkau.
 

Alhasil,
perputaran uang penjualan batik printing setiap transaksinya cukup menggiurkan
pelaku usaha, sehingga wajar saja bila disetiap gerai atau tokoh menyediakan
aneka kain besurek printing ketimbang batik tulis kain besurek. Sebagai
gambaran, harga jual batik printing motif besurek perpotongnya hanya ditawarkan
berkisaran harga Rp 35 ribu hingga Rp 100 ribu setiap potong atau ukuran 1
baju. Sedangkan harga batik tulis kain besurek diwarkan mulai dari harga Rp 150
ribu hingga jutaan rupiah setiap potong atau ukuran 2 meter. Hal inilah membuat
pelaku usaha sentra oleh-oleh Bengkulu memilih menjual batik printing dalam
jumlah banyak ketimbang batik tulis kain besurek.
 
Pengunjung yang datang ke sentra oleh-oleh khas Bengkulu ini kebanyakkan berasal
dari kalangan PNS, guru dan pihak sekolah serta sebagian kecil masyarakat
datang membeli batik kain besurek dengan berbagai pertimbang salah satunya soal
harga. Bila di Bengkulu ada even besar skala Provinsi atau Nasional yang
dilaksanakan Pemerintah Provinsi Bengkulu seperti acara Tabot atau evan Hari
Pers Nasional (HPN) yang kala itu dihadiri Presiden SBY. Permintaan batik tulis
kain besurek mengalami peningkatan cukup besar. Omset penjualan pedagang di
sentra oleh-oleh khas Bengkulu berdampak positif.
 

Sebaliknya,
penjualan batik tulis kain besurek cenderung labil setiap hari terkecuali hari
libur. Pada hari libur, pengunjung yang datang cukup banyak namun kuantitas
belanja oleh-oleh mereka seperti batik tulis kain besurek tidak banyak. Pada
hari biasa, bila ada pengunjung yang datang membeli batik maka biasanya mereka
lebih condong memilih batik printing motif besurek ketimbang batik tulis kain
besurek. Terkadang, ada pula konsumen yang datang membeli beberapa potong batik
kain besurek untuk oleh-oleh tamu Kedinasan atau untuk pesta pernikahan
kalangan menengah keatas.

Ketiga,
persaingan pelaku bisnis kain batik yang masuk ke Bengkulu dalam jumlah besar
dengan iming-iming keuntungan besar dalam setiap penjualan menjadi alasan
tersendiri terhadap kelangsungan hidup pelaku usaha batik tulis kain besurek.
Kemajuan ilmu dan teknologi ikut memengaruhi eksistensi batik tulis kain
besurek. Kendati kini batik tulis kain besurek masih memiliki ciri khas salah
satunya berbahan sutra yang tidak bisa ditiru batik printing namun bukan tidak
mungkin dalam waktu singkat perkembangan teknologi bisa menciptakan batik
besurek printing berbahan sutra.
 
Keempat,
kemajuan ilmu dan teknologi yang semakin pesat khususnya penggunaan alat
produksi kain dengan aneka motif setuju atau tidak bisa berdampak pada
kelangsungan hidup pengrajin batik tulis kain besurek dan batik tulis lainnya.
Jumlah produksi, waktu dan efisien kain bermotif bagi masyarakat menjadi alasan
besar dalam memenuhi kebutuhan pasar.
Sampai
saat ini pelaku usaha kecil dan pengrajin batik tulis kain besurek tak kunjung
bertambah dan cenderung didominasi pelaku usaha lama yang tetap eksis. Sedangkan,
pelaku usaha baru tidak mampu bersaing. Lalu, adanya pergeseran selera konsumen
atau budaya konsumtif terhadap batik tulis kain besurek ke batik kain  besurek printing. Hal itu disebabkan karena
daya jangkau masyarakat terhadap kebutuhan bahan kain batik besurek printing
tidak kalah dengan kualitas motif yang ditawarkan bahkan kini batik printing
mampu menghipnotis masyarakat Bengkulu.
 
Pemerintah
Daerah Bengkulu rupanya sejak lama telah mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 111
tahun 1992 tentang ketentuan pemakaian pakaian dinas pegawai di lingkungan
Pemerintah Daerah Tingkat I Bengkulu. Pasal 1 butir (d) menyebutkan
“Setiap hari sabtu seluruh pegawai negeri di Kotamadia Bengkulu diharuskan
memakai pakaian kain besurek” sebagai upaya proteksi terhadap industrik batik
tulis kain besurek. Namun itu tidak cukup membantu populasi pengrajin batik
tulis kain besurek yang ada di Bengkulu karena dominasi batik printing.
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kota Bengkulu melalui Dinas terkait telah membuat program
pelatihan dan pembinaan terhadap para pengrajin dan pelaku usaha batik tulis
kain besurek dalam mengembangkan usaha dan bersaing. Namun lagi-lagi, itu tidak
mampu mendongrak populasi pengrajin dan pelaku usaha batik tulis kain besurek.

Kini, Pemerintah Provinsi Bengkulu menetapkan kegiatan Karnaval Batik Kain Basurek yang
mulai dipopulerkan tanggal 11 November 2015 dan hari tersebut kini resmi dijadikan
agenda rutin pemerintah setempat. Tujuan program tersebut tidak lain
agar batik kain besurek ini tidak lain agar kelestariannya terjadi, sekaligus
upaya menumbuhkan rasa cinta akan kebudayaan seni batik besurek dikalangan
remaja dan pelajar. Hari Batik Nasional pun juga dilakukan Pemerintah Pusat
setiap tanggal 2 oktober.

Pada
prinsipnya tujuan pemerintah sudah tepat namun hal itu harus dilakukan secara
konsisten dan dikemas dengan berbagai even besar Skala Provinsi. Sebagai
contah, even atau kontes disain busana muslim atau busana lain dengan bahan
dasar batik skala Nasional melibatkan disainer ternama. Kosep Kota Wisata yang
dicanangkan Pemerintah Provinsi Bengkulu Visit Bengkulu Wonderful 2020 diharap
menjadi angin segar bagi pelaku usaha batik tulis kain besurek. Wisatawan menjadi
target utama dalam menghidupkan usaha kecil batik tulis kain besurek. Kini kita
menunggu sejauh mana nasib batik tulis kain besurek mampu bertahan terus
ditengah ancaman tersebut.
Penulis:
Dian M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *